
Lahir dengan nama Raja Garuda Mas, Royal Golden Eagle (RGE) memiliki kepedulian khusus terhadap kelestarian lingkungan. Hal inilah yang membuat RGE berupaya keras menyejahterakan para petani.
Didirikan oleh pengusaha Sukanto Tanoto pada 1973, Raja Garuda Mas memulai bisnisnya dalam industri kelapa sawit. Sukses di sana, bidang yang digeluti semakin bertambah. Kini, sesudah bertransformasi menjadi Royal Golden Eagle, mereka sudah menekuni industri pulp dan kertas, selulosa spesial, serat viscose serta pengembangan energi.
Meski begitu, industri kelapa sawit tetap tidak ditinggalkan. Royal Golden Eagle terus menekuni bidang tersebut. Mereka bahkan memiliki dua anak perusahaan yang bergerak di sana, yakni Asian Agri dan Apical.
Asian Agri tercatat sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di Asia. Kapasitas produksi anak perusahaan RGE ini mencapai satu juta ton per tahun.
Dalam melakukan proses produksi, Asian Agri mendapatkan bahan baku dari perkebunan. Mereka mengelola sekitar 160 ribu hektare kebun kelapa sawit. Namun, dari luas itu, sebanyak 60 ribu diantaranya dikelola oleh para petani plasma.
Pengelolaan lahan perkebunan yang dilakukan oleh Asian Agri berbasis kepada prinsip-prinsip keberlanjutan. Ini dilakukan sesuai arahan dari grup induknya, Royal Golden Eagle, yang mewajibkan anak-anak perusahaannya untuk ikut aktif menjaga keseimbangan iklim dengan menjaga lingkungan.
Hal itu membuat Asian Agri bisa menjadi anggota Roundtable of Sustainable Palm Oil (RSPO) sejak 2006. Mereka pun mengantongi International Sustainability & Carbon Certification (ISCC). Bahkan, Asian Agri ikut mendukung pendirian Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Beragam sertifikat keberlanjutan itu amat penting bagi kelangsungan bisnis Asian Agri. Saat ini kesadaran terhadap kelestarian alam mulai tumbuh di masyarakat. Ini akhirnya memengaruhi pasar kelapa sawit.
Publik kini menghendaki produk kelapa sawit yang diproduksi dari proses berkelanjutan. Mereka ingin agar produk yang dikonsumsi memang berasal dari langkah-langkah yang bertanggungjawab terhadap alam.
Dalam industri kelapa sawit, ini berarti banyak hal. Mulai dari pembukaan lahan perkebunan, pengolahan tanah, hingga perawatan kelapa sawit harus memerhatikan kelestarian alam. Ketika diolah pun, proses produksi harus bisa meminimalkan atau bahkan menghilangkan dampak terhadap lingkungan.
Bagi Asian Agri, hal itu sesungguhnya sudah dijalankan menjadi kegiatan keseharian. Namun, ada tantangan tersendiri bagi mereka. Pasalnya, anak perusahaan grup yang berdiri dengan nama Raja Garuda Mas ini juga menjalin kerjasama dengan para petani baik petani swadaya maupun petani plasma.
Jumlah petani yang diajak bekerjasama juga terbilang besar. Hingga saat ini ada sekitar 30 ribu petani. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Asian Agri dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
Harus diakui, selama ini belum semua petani memiliki kesadaran dalam menjaga alam. Mereka juga tidak tahu cara-cara bertani yang berpegang terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan. Contoh termudah adalah kebiasaan membuka lahan dengan membakar. Banyak petani yang belum sadar bahwa langkah tersebut sangat merusak lingkungan.
Menyikapi situasi seperti ini, Asian Agri memiliki solusi jitu. Mereka tahu persis bahwa tuntutan ekonomi kerap menjadi dasar langkah para petani dalam melakukan kegiatan yang tidak ramah lingkungan. Mereka pun berusaha menyejahterakan petani agar tidak merusak lingkungan.
Kebetulan kelestarian alam memang berkaitan erat dengan penghidupan para petani kelapa sawit. Hasil perkebunan mereka tidak akan diterima di pasar internasional jika tidak dihasilkan dari pengelolaan berbasis keberlanjutan.
“Kami sangat yakin kami bakal bisa membuat para petani bertani dengan sistem keberlanjutan ketika mereka sudah mencapai level kesejahteraan,” ujar Managing Director Asian Agri, Kelvin Tio, seperti dipaparkan di Eco Business.
DUKUNGAN UNTUK SEMUA PETANI MITRA
Upaya menyejahterakan petani yang dilakukan oleh Asian Agri lebih mudah dilakukan ke petani plasma. Dengan menginduk kepada mereka, para petani tersebut mendapat beragam dukungan.
Mereka diberi bantuan dalam pembukaan lahan dengan peminjaman alat-alat berat. Selain itu, anak perusahaan grup yang berdiri dengan nama Raja Garuda Mas tersebut memberi kemudahan dalam pupuk. Hal itu masih dilengkapi dengan bimbingan cara berkebun kelapa sawit yang tepat.
Akan tetapi, hal yang terpenting adalah kepastian Asian Agri untuk membeli hasil perkebunan petani. Ini membuat petani selalu mendapat harga yang sesuai standar yang ditentukan oleh pemerintah.
Tak mengherankan, perlakuan tersebut membuat para petani plasma Asian Agri sejahtera. Pekerjaan mereka dipermudah oleh unit bisnis Royal Golden Eagle tersebut.
Dengan kemudahan tersebut, para petani lebih mudah menerima masukan dan arahan dari Asian Agri. Kesempatan itu pun dimanfaatkan untuk memasukkan pemahaman mengenai kelestarian lingkungan. Petani diarahkan untuk mengelola lahan perkebunannya dengan basis sistem keberlanjutan.
Akan tetapi, tantangan lebih besar dihadapi Asian Agri ketika menyebarkan semangat mencintai lingkungan kepada para petani swadaya. Karena tak terikat, mereka bisa saja bertindak sesuka hati.
Namun, para petani swadaya tergerak karena melihat kesejahteraan petani plasma. Dimana berkat dukungan dari Asian Agri melalui pelatihan pertanian yang baik dan beragam kemudahan seperti mendapat pupuk, hasil panen petani plasma lebih banyak. Ini jelas berdampak terhadap perekonomian yang jauh lebih baik.
Akhirnya banyak petani swadaya yang meminta dukungan Asian Agri. Anak perusahaan RGE ini pun menerimanya dengan tangan terbuka. Salah satu contohnya dilakukan kepada Siswoyo, seorang petani swadaya asal kawasan Ukui, Provinsi Riau.
Sebelumnya hasil perkebunan Siswoyo tidak maksimal. Hal ini membuatnya berpikir mencari solusi.
Setelah mencari tahu, Siswoyo melihat kondisi para petani plasma Asian Agri yang sejahtera. Rahasianya ternyata terletak di dukungan maksimal yang diperoleh dari Asian Agri.
Siswoyo ingin merasakan hal serupa. Maka, ia pun mengajak rekan-rekan sesama petani swadaya lain untuk berhimpun dalam sebuah koperasi. Mereka pun meminta dukungan dari Asian Agri pada 2001.
“Kami sadar bahwa kami sangat tertinggal jika dibanding dengan para petani plasma. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk bekerjasama agar bisa mencapai level para petani plasma, yang lebih dulu menikmati taraf hidup lebih baik,” papar Siswoyo.
Sesudah bekerjasama dengan Asian Agri, beragam kemudahan pun dirasakan oleh Siswoyo dan rekan-rekannya. Contoh sederhana, dulu ia sering kesulitan mendapatkan pupuk. Namun, hal itu tidak dirasakannya lagi sesudah menjadi mitra anak perusahaan Royal Golden Eagle tersebut.
Berkat itu, hasil panen kelapa sawit Siswoyo meningkat pesat. Dampak yang dirasakan adalah kesejahteraan keluarganya ikut membaik. Ia mampu membangun rumah pada 2011 dan membeli lahan seluas dua hektare.
Bersamaan dengan ini, misi Asian Agri untuk menyebarkan semangat cinta lingkungan juga berhasil. Siswoyo dan rekan-rekannya malah meminta arahan tentang sistem pertanian berkelanjutan agar mendapatkan sertifikat RSPO.
Kisah ini merupakan bukti nyata bahwa langkah Asian Agri dalam menyejahterakan petani telah berhasil. Bersamaan dengan itu, unit bisnis grup yang berdiri dengan nama awal Raja Garuda Mas itu juga mampu menanamkan kesadaran cinta lingkungan kepada para petani.
Sumber :
Sukanto Tanoto, Pebisnis Sukses yang Fokus pada Keberlanjutan
Pengaruh Anderson Tanoto di Raja Garuda Mas