Kemenangan Iblis

Posted on

Kemenangan iblis atas Bani Adam menurut Fudhail bin Iyadh (seorang sufi yang hidup pada generasi tabi’in) adalah hanya dengan menjadikan manusia memiliki satu dari tiga perilaku.

Tiga perilaku tersebut yaitu (1) ujubnya seseorang terhadap dirinya, (2) menganggap banyak amal yang telah dilakukannya, dan (3) melupakan dosa-dosanya. Menurut Fudhail itulah pangkal dosa.

Kemenangan Iblis

Ketiga perilaku itu, antara satu dengan lainnya memang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Ketika seseorang menganggap bahwa amal dirinya banyak, ia merasa ahli ibadah, bahkan merasa dirinya orang yang telah sampai kepada Allah. Hal itu akan menimbulkan sifat bangga (taa’jub) pada dirinya sendiri. Ia bangga bahwa dirinya memiliki kemampuan dan nilai lebih dibanding orang lain.

Sifat bangga atau biasa disebut ujub inilah yang nantinya melahirkan sifat takabbur atau sombong. Ketika ujub dan takabbur ini telah hinggap dalam hati seseorang, maka sulit bagi orang itu untuk mengingat dosa-dosa dan kesalahannya. Yang diingat hanyalah kebaikan-kebaikannya, yang dibangga-banggakan hanya amal-amal ibadahnya. Padahal, membangga-banggakan amal kebaikan adalah perbuatan yang justru menghapus pahala amal itu sendiri.

Nabi Isa ‘alaihissalam pernah bersabda: “Berapa banyak lentera yang cahayanya mati tertiup angin. Berapa banyak ibadah yang pahalanya rusak oleh kesombongan. Amal shalih adalah cahaya, dan cahaya itu bisa padam oleh angin ujub dan kesombongan.”

Untuk itu dalam menyikapi pergantian tahun, marilah kita meningkatkan amal-amal kebaikan tanpa perlu membanding-bandingkannya dengan amal orang lain. Mengukur-ukur kelebihan amal-amal kita dengan orang lain bisa menjerumuskan kita menjadi ujub dan sombong. Sebab, Ibnu Harits Al-Hafi pernah mendefinisikan kesombongan dan ujub itu dengan ungkapan, “Jika engkau merasakan amalmu banyak, sedangkan amal orang lain selainmu itu sedikit.”

Kemenangan iblis akan gagal total, jika amal shalih kita tidak mati oleh perasaan kita sendiri. Jika keimanan kita tidak redup oleh kebanggaan karena telah mendapatkan penilaian dan pandangan yang baik tentang kita dari orang lain.

5 comments

  1. Semoga kita dijauhkan dari sifat sombong dan ujub akan amal-amal kebaikan kita. Karena yang mengetahui hakikat amal diterima atau tidak adalah Allah dan juga hati nurani kita.
    Selalu setia mengisi jumat indah dengan artikel-artikel penyejuk jiwanya sahabat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.