Kematian bukanlah milik orang yang sudah tua atau yang sedang sakit, tapi milik semua yang hidup. Rosululloh yang mulia memberi nasihat pada kita, “Cukuplah kematian sebagai peringatan bagimu”.
Sungguh setiap kita sebagai mahluk-Nya sudah divonis mati bahkan sebelum kelahiran kita, “Setiap yang berjiwa pasti mati” (QS. Al-Anbiya : 35). Dan setiap kita sudah ada jadwal kematian, “Tidaklah suatu jiwa mati kecuali sudah ada kitab ajalnya” (QS. Ali Imron : 145).
Nasihat Kematian Lebih Tajam Dari Nasihat Lisan
Sungguh kematian datang pada siapapun, pada yang sakit juga pada yang sehat, pada yang tua juga pada yang muda, pada yang jelata juga pada yang kaya, bahkan pada yang sembunyi membangun benteng yang kokoh dengan barikade pengawalan ketat pasti mati juga. “Dimanapun kalian berada pasti kematian merengut kalian walaupun dalam benteng yang kokoh” (QS. An-Nisa : 78).
Kita tidak akan pernah bisa menghindari kematian, bahkan kadang datangnya “baghtatan” sekonyong konyong, mendadak (QS. Al-An’am : 31). Kita tidak pernah tahu kapan, dimana dan bagaimana cara kita mati, “mastuurun” dirahasikan Alloh, kapan, dimana dan bagaimana? “We don’t know!” yang pasti, PASTI MATI.
Hikmahnya agar kita bersiap-siap menghadapi kematian, jangan lengah, sibukkan diri dengan ibadah, amal sholeh, hidup dalam Sunnah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam, jangan sekali-kali nekat berbuat maksiat. Jadilah hamba Alloh yang beriman, cerdas dan berakhlak mulia. Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, “Umatku yang paling cerdas adalah umatku yang paling banyak ingat mati, lalu mempersiapkan dirinya HIDUP SETELAH MATI“ (HR. Ath-Thabrani).
Selanjutnya nasihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, “Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan-kelezatan, yaitu kematian” (HR. Tirmidzi No 230, Shohihul Jami’ no. 1210). Jangan terkecoh lagi dengan permainan dunia ini, taatlah pada Alloh, bangunlah sholat malam, tadaburkan Al-Qur’an, penuhi panggilan Alloh untuk berjamaah di rumah-Nya, tebarkan sedekah dan kebaikan, bimbing keluarga agar semakin takut pada Alloh, rendahkanlah hati kita, duduklah di majlis-majlis yang membuat kita semakin takut pada-Nya dan membuat kita mudah menangis karena-Nya. “Dan berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa” (QS. Al-Baqoroh : 197).
Memang, nasihat kematian itu lebih tajam daripada nasihat lisan. Semoga Alloh tancapkan di hati kita keindahan iman, kelezatan taat, kemuliaan akhlak dan mewafatkan kita dalam keadaan HUSNUL KHOTIMAH…aamiin”.
jadi, banyak-banyakkan bertaubat.
Salam,semoga kita menjadi umat yang taat atas perintah nya,dan berakhir dengan iman dan amal.amin
semoga kita semua di penghabisan yang bagus bukan sebaliknya Amin
Maka sebab itu kita manusia diwajibkan untuk selalu berjaga-jaga..
terima kasih atas perkongsiannya mas..moga kita dapat sama2 muhasabah diri agar dapat lebih mengerti tujuan hidup..
Semoga saat menghadapi sakratil maut kita dalam keadaan mukmim..
terima kasih atas ulasannya, snagat mencerahkan sekali
Tidak diterima doa seseorang itu jika melihat kematian tapi tidak mengambil ikhtibar/pedoman daripada kejadian itu, yakni mati/ajal. nasihat yg bro…kupaskan sangat menarik sekali. Semoga menjadi pengajaran dan bersedia dengan amalan kebaikan/pahala sebelum dijemput oleh Allah Taala.
Orang yang melalaikan datangnya kematian, berarti kehilangan penasehat terbaiknya.
Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Dan kita terkadang tidak menyadari bahwa hari-hari yang telah kita lewati justru semakin mendekatkan kita pada kematian
Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.
terima kasih ya saudara..
peringatan untuk alam di sana