
https://foto.wartaekonomi.co.id/files/arsip_foto_2019_12_17/april_group_210243_big.jpg
Operasional yang bertanggung jawab merupakan bagian dari keseharian APRIL Group. Bukan hal aneh ketika perusahaan Sukanto Tanoto ini bisa meraih Sertifikasi Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) baru-baru ini.
Sertifikasi Industri Hijau tersebut diperoleh APRIL pada Senin (16/12/2019). Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi Kemenperin kepada APRIL melalui unit bisnisnya, PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) karena menerapkan prinsip-prinsip industri hijau dengan baik. Sekretaris Jenderal Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono, menyerahkan secara langsung Sertifikat Industri Hijau kepada Direktur Utama RAPP, Sihol Aritonang, di Gedung Kementerian Perindustrian di Jakarta.
Kemenperin mulai menggulirkan Sertifikasi Industri Hijau sejak 2017. Inisiatif ini dijalankan untuk mendongkrak daya saing produk Indonesia ke pasar ekspor dengan penerapan industri hijau. Jika sudah mendapatkan sertifikat, diharapkan akan ada manfaat positif yang dipetik oleh perusahaan berupa efisiensi penggunaan sumber daya alam bahan baku, air, serta energi.
Agar bisa mendapatkannya, perusahaan harus menjalani serangkaian proses audit yang dilakukan oleh Balai Sertifikasi Industri (BSI). Nanti BSI akan melakukan penilaian mulai dari berkas hingga pengamatan langsung ke lapangan sebagai acuan proses sertifikasi.
Pada tahun 2019, Kemenperin mengeluarkan Sertifikasi Industri Hijau untuk 18 perusahaan. Sebagai salah satu penerima, APRIL akhirnya berhak menggunakan logo industri hijau sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
Sertifikasi Industri Hijau bisa dilihat sebagai pengakuan dari pemerintah terhadap perusahaan yang menerapkan proses bisnis yang berkelanjutan. Kemenperin aktif mengajak berbagai pihak untuk menerapkan prinsip industri hijau seiring dengan makin tingginya kepedulian pasar terhadap kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG’s).
“Kami terus mendorong industri nasional untuk menerapkan industri hijau melalui perbaikan, efisiensi, dan efektivitas produksi dengan pendekatan no cost, low cost, ataupun high cost,” ujar Sigit.
Proses operasional yang bertanggung jawab bukan hal baru bagi APRIL. Salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di Asia ini sudah menjalankannya sejak lama. Hal itu sesuai dengan arahan pendirinya, Sukanto Tanoto.
Ia mewajibkan perusahaannya agar bisa memberi manfaat kepada pihak lain. Secara khusus, Sukanto Tanoto memberi arahan dalam prinsip kerja 5C yang didalamnya mencakup kewajiban untuk melindungi alam. Di matanya, semua pihak di perusahaannya harus berguna bagi masyarakat (Community), negara (Country), iklim (Climate), pelanggan (Customer), sehingga akan baik bagi perusahaan (Company).
Operasional yang ramah lingkungan juga menjadi fokus APRIL karena ingin mendukung pencapaian SDG’s. Mereka ingin aktif terlibat di dalamnya agar bisa menjalankan prinsip kerja yang diarahkan oleh Sukanto Tanoto.
“Kami berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan di seluruh areal kerja perusahaan dengan menerapkan praktik-praktik terbaik dalam bidang sosial, lingkungan, dan ekonomi seperti yang terdapat dalam filosofi bisnis perusahaan yaitu apapun yang perusahaan lakukan harus baik bagi negara, baik bagi masyarakat, dan baik bagi perusahaan,” ujar Sihol.
APRIL merupakan bagian dari Royal Golden Eagle (RGE) yang didirikan oleh Sukanto Tanoto. Berbasis di Pangkalan Kerinci, setiap tahun APRIL sanggup memproduksi pulp sebanyak 2,8 juta ton. Hal itu masih ditambah dengan produksi kertas sebesar 1,15 juta ton dalam kurun waktu yang sama.
Di industrinya, APRIL termasuk pemain besar. Mereka memiliki produk andalan berupa kertas merek PaperOne. Produk ini sudah dijual di lebih 27 negara dan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia dengan kemampuannya menembus padar global.
PELAKSANAAN SFMP 2.0
https://www.aprilasia.com/id/images/fwmedias/nursery-04.jpg
Penerapan prinsip industri hijau dijalankan APRIL dengan menjalankan Sustainable Forest Management (SFMP) 2.0. Secara garis besar, SFMP membuat APRIL berkomitmen untuk menghentikan kegiatan deforestasi hutan alam dari rantai pasokan. Sebaliknya perusahaan Sukanto Tanoto ini aktif melindungi hutan dan lahan gambut di mana perusahaan beroperasi. Hal itu masih didukung dengan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan hutan di semua lokasi untuk mendapatkan bahan baku kayu.
Pelaksanaan SFMP 2.0 juga memungkinkan APRIL menghormati hak asasi manusia serta aspek-aspek lingkungan dalam rantai pasokan perusahaan. Tujuannya adalah agar perusahaan dapat menjadi tetangga yang baik dan bertanggung jawab dalam lingkup masyarakat lokal, nasional dan global.
SFMP 2.0 mulai dilaksanakan oleh APRIL sejak 2015. Kebijakan ini merupakan penyempurnaan dari SFMP 1.0 yang telah dijalankan pada 2014.
Adapun wujud nyata pelaksanaan SFMP 2.0 terlihat jelas. APRIL melaksanakan operasional dengan konsep Production-Protection. Mereka melakukan perlindungan terhadap area hutan dengan Nilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value/ HCV). Selain itu, mereka pun menjalankan penilaian Stok Karbon Tinggi (High Carbon Stock/ HCS). Saat ini sudah ada 250 ribu hektar lahan yang dikonservasi oleh APRIL.
Jumlah lahan yang dilindungi oleh APRIL akan terus ditingkatkan. Hal dikarenakan perusahaan ingin menggapai target spesial, yakni program 1 Banding 1. Melalui kegiatan ini, APRIL hendak melakukan perlindungan lahan dan hutan sebanding dengan yang digunakannya untuk produksi.
Sejauh ini, program 1 Banding 1 berjalan dengan baik. Hingga akhir 2019, pencapaiannya telah mencapai 83% dari target yang ditetapkan.
Kegiatan itu dilengkapi dengan perlindungan dan restorasi lahan gambut. APRIL mendukung program Restorasi Ekosistem Riau (RER) yang melindungi dan memulihkan lahan gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Luas cakupan kawasan restorasinya mencapai 150.000 hektar, atau setara dengan dua kali luas Singapura.
Diluncurkan pada 2013, APRIL mendukung RER dengan komitmen investasi senilai 100 juta dolar AS untuk 10 tahun. Hingga saat ini, kegiatan tersebut berhasil memulihkan dan melindungi 70 ribu hektare lahan gambut.
Sedangkan terkait efisiensi air dan energi, perusahaan Sukanto Tanoto ini tidak kalah serius. Dengan teknologi tinggi dan proses yang baik, APRIL berhasil menekan pemakaian air dan energi.
Sebagai bukti, penggunaan air oleh pabrik APRIL setara dengan 1.89% rata-rata aliran sungai (debit air) Sungai Kampar. Jumlah ini berada jauh di bawah ketentuan batas maksimal yang ditentukan pemerintah.
Selanjutnya 78% dari air yang diambil justru dikembalikan ke sungai setelah melalui proses pengolahan air dan proses daur ulang. Dengan demikian, dampak dari penggunaan air oleh pabrik terhadap laju aliran Sungai Kampar jauh berada di bawah batas BAT (Best Available Technique). Ini juga berarti APRIL menggunakan kembali 90% dari penggunaan air secara umum.
Sementara itu, untuk menekan dampak negatif penggunaan energi, APRIL mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Mereka memilih menggunakan energi yang dihasilkan dari limbah dan proses produksinya.
Inisiatif tersebut berbuah manis. Dari total konsumsi energi bahan bakar APRIL, 85%-nya sekarang berasal dari bahan bakar bio (biofuel). Akibatnya emisi yang dihasilkan berkurang drastis.
Tidak mengherankan, APRIL mampu meraih Sertifikasi Industri Hijau dari Kemenperin. Mereka telah secara nyata dan konsisten menjalankan operasional ramah lingkungan. Semuanya sesuai dengan arahan yang diberikan oleh pendirinya, Sukanto Tanoto.