Wiraswasta vs Karyawan, Pilih Mana?

Posted on

“Udahlah.. Mama gak mau ya kamu keluar kerja demi hal yang ga jelas kaya gitu. Kalo bangkrut gimana?”

“Saya ga mau anak saya punya calon suami masa depan nya suram, kerja kok semaunya?!”

Mungkin percakapan singkat di atas sempat terlintas di benak orang tua kita atau bahkan calon mertua kita ketika kita ingin berpindah haluan dari karyawan kantoran menjadi wiraswasta mandiri.

Hal yang cukup lumrah dikatakan mengingat persaingan untuk bertahan hidup di era globalisasi ini makin pesat. Harga kebutuhan pokok yang terus menjulang tinggi, pasang surut ekonomi di berbagai sektor industri yang dapat menyebabkan PHK massal karena kebangkrutan, dsb.

Di artikel ini saya ingin membahasnya dengan pandangan yang netral dengan membandingkan kelebihan dan kekurangan masing-masing di tiap profesi wiraswasta vs karyawan ini berdasarkan asumsi pribadi disertai beberapa referensi sumber terkait.

Wiraswasta vs Karyawan

Karyawan

Wiraswasta vs Karyawan

Bagi sebagian orang yang mengenyam bangku pendidikan terutama perguruan tinggi mungkin akan berpikir untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat ke kehidupan nyata yaitu dunia kerja.

Langsung terjun ke dunia kerja menjadi pilihan kebanyakan orang sekarang ini. Mendapat penghasilan yang pasti tanpa harus memikirkan penghasilan omzet per bulan adalah salah satu keuntungannya.

Berbagai prahara di dalam dunia kerja seolah menjadi tantangan tersendiri bagi kita untuk memacu adrenaline untuk menjadi yang terbaik di antara yang lain. Promosi jabatan, kenaikan gaji, insentive, lembur, dan istilah lainnya merupakan hal yang sudah tak asing lagi bagi para “buruh”. Ya, buruh. Kita semua buruh. Baik manager, supervisor, ataukah anda seorang System Analist kita tetaplah seorang buruh. Dikutip dari Wikipedia, Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada Pemberi Kerja atau Pengusaha atau majikan. Hidup buruh! Karena sekarang pun saya juga buruh alias karyawan 😉

Ya, itulah keuntungan yang didapat jika kita bisa bertahan dari kerasnya dunia kerja. Mendapat promosi jabatan dengan gaji yang juga sesuai bisa dikatakan anda telah naik satu tingkat ke level selanjutnya. Tidak menutup kemungkinan untuk promosi-promosi selanjutnya bukan?.

Tapi hanya segelintir orang yang bisa cukup baik melewati fase itu, dan tidak sedikit pula yang menyerah.

Ritme pekerjaan yang terlalu monoton dan sengitnya kompetisi memperebutkan promosi jabatan adalah salah satu kelemahan menjadi karyawan. Belum urusan “jilat-menjilat”’ dan “sikut-menyikut” yang sering terjadi di dunia kerja dari level staff hingga level managerial. Cukup membuat saya geleng-geleng kepala. Sabar. Ya! Satu kuncinya. Banyak-banyaklah sabar. Kalaupun kesabaran anda sudah habis, tetaplah coba untuk bersabar. Salah satu kunci untuk survive, Sabar.

Wiraswasta

Wiraswasta vs Karyawan

Transferan setiap bulan yang mengalir dari customer, penghasilan “tambahan” tak terduga, bertemu dengan banyak orang yang berguna untuk usaha kita adalah beberapa kelebihan yang dapat dirasakan ketika menjadi seorang pengusaha.

Ritme pekerjaan yang kadang mengalami pasang dan surut dalam omset juga merupakan tantangan tersendiri bagi pengusaha untuk memacu diri menjual jasa/produksi nya dengan lebih giat. Baik melalui offline marketing secara door to door atau presentasi marketing secara langsung dapat juga dilakukan dengan online marketing melalui pembuatan website, SEO, ataupun mempromosikan produk/jasa anda di sosial media yang sekarang cukup ampuh untuk membidik pangsa pasar online.

Tapi tak semua hal dapat berjalan sempurna. Seperti yang telah dijabarkan diatas, kebangkrutan dalam dunia usaha bukan lah suatu hal yang tabu. Alasan terbesar banyak orang untuk lebih memilih menjadi karyawan dibanding jadi seorang pengusaha.

Persaingan untuk mendapatkan customer kadang juga menimbulkan persaingan yang tak sehat. Belum lagi masalah karyawan yang membangkang, kucuran pinjaman dana yang tak kunjung cair , dan masalah masalah klise lainnya di dunia usaha.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan masing-masing kedua profesi di atas, semua kembali ke pilihan kita masing masing. Tak hanya berdasarkan idealisme/passion. Tapi juga harus ditunjang dengan modal, skill, dan terutama niat yang kuat.

Baik menjadi karyawan jika kita ingin kepastian hidup untuk menunjang kebutuhan hidup keluarga, tapi siap-siap terus berada di “comfort zone” tanpa ada perubahan yang signifikan dalam hidup. Atau berminat migrasi jadi bos? Tabung lah dulu sampai modalnya mencukupi.

Baik menjadi wiraswasta jika kita mau perubahan signifikan dalam hidup tapi jangan langsung menyerah ketika pangsa pasar sedang sepi sampai omset menurun drastis. Toh semua butuh proses kan? Atau usaha anda yang kurang giat untuk mempromosikan produk/jasa anda?

Jadi, wiraswasta vs karyawan pilih yang mana?

12 comments

  1. saya seorang guru IPS. justru ingin memberikan contoh bagaimana sukses mengelola perusahaan sendiri. tidak hanya teori. Karena Indonesia ini memang butuh teladan. mengingat jumlah wirausahawan sangat sedikit jika dibandingkan negara maju

  2. ramai sahabat dari bekerja makan gaji, selepas ada sedikit sebanyak pengalaman dan modal menajalankan perniaagaan. memang ada pro dan kontranya cuma perniaagan ini bidang yang dituntut dan juga merupakan 9/10 dari sumber rezeki.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.